Gambar : Biji Kapulaga

Kapulaga memiliki nama khas di setiap daerah di Indonesia, seperti pelaga atau uar pelaga bagi suku Minangkabau, kapol bagi suku Sunda, garidimong bagi masyarakat Sulawesi Selatan, kapulogo bagi masyarakat Jawa atau kardamon.  Tanaman yang memiliki nama latin Amomum cardamomum Willd bagi kapulaga lokal dan Elettaria cardamomum Maton bagi kapulaga sabrang adalah kedua tanaman kapulaga yang sering dijumpai di Indonesia. Amomum cardamomum Willd sering ditanam dan dibudidayakan oleh petani di daerah Jawa, Sumatera, dan Semenanjung Malaya. Sementara itu, Ellettaria cardamomum Maton merupakan tanaman kapulaga yang berasal dari tanah India pada sekitar abad ke-18.

Tanaman kapulaga merupakan tanaman yang batangnya tidak berkayu sehingga batangnya menjadi lunak dan biasanya tumbuh dalam bentuk rumpum. Batang tanaman ini memiliki pelepah daun yang berselang-seling. Tanaman ini juga dapat tumbuh hingga mencapai tiga meter. Daun pada tanaman kapulaga berbentuk lonjong dan ujungnya runcing dengan panjang daunnya berkisar 30 cm dan lebar 10 cm. Bunganya muncul dari umbi dan dapat tumbuh tegak atau merayap sepanjang 1 meter ke tanah. Bunganya juga terdiri dari tandan dan berbentuk simetris dua sisi dengan warna kemerah-merahan dan dibagi menjadi tiga bagian. Dari bunganya tersebut, muncul buah yang terkumpul dalam tandan kecil dan pendek berbentuk bulat telur dengan warna kuning keabu-abuan dan tak jarang berbulu. Ketika buahnya masak maka akan pecah dan membelah berdasarkan ruang-ruangnya. Dalam buah tersebut, terdapat biji yang memiliki bentuk bulat telur memanjang.


Baca juga : Mengapa Kita Harus Mengonsumsi Cabai


Kapulaga mengandung minyak atsiri serta lima zat utama, yaitu borneol (terpene) yang memiliki aroma bau kamper yang tercium dalam getah pohon kamper, alfa-terpinilasetat yang memiliki wangi harum, seperti aroma bau jeruk pettigrain, limonene yang memiliki wangi harum, seperti aroma bau jeruk keprok, alfa terpinen yang berbau harum, seperti aroma jeruk sitrun, dan cineol yang berbau sedap agak pedas menghangatkan, seperti aroma minyak kayu putih. Selain itu, kapulaga juga mengandung berbagai senyawa mulai dari sineol, terpineol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer, sibinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat, dan kersik. Komponen terbesar yang dimiliki kapulaga adalah pati. Sementara itu, kulit dari kapulaga memiliki kandungan serat kasar hingga mencapai 31% dan buahnya mengandung minyak atsiri yang terdiri dari sineolterpen dan terpineol. Minyak atsiri yang dimiliki oleh kedua jenis kapulaga berbeda-beda. Pada kapulaga lokal memiliki minyak atsiri sebesar 2.4% dan pada kapulaga sebrang, kandungan minyak atsirinya berkisar di antara 3.5%-7%. Dari perbedaan yang dimiliki minyak atsiri tersebut menjadikan kapulaga lokal sering dinamai sebagai false cardamom, sedangkan kapulaga sarbang disebut sebagai true cardamom. Minyak atsiri pada kapulaga dikenal memiliki aktivitas terhadap antimikrobia dan antibakteri, terutama terhadap bakteri patogen.

Kapulaga diketahui memiliki beragam manfaat yang berkhasiat bagi kesehatan manusia. Kapulaga dapat digunakan sebagai rempah-rempah dalam bumbu masakan. Sebagai rempah-rempah, kapulaga sering dimanfaatkan bersama rempah-rempah lain, yaitu cengkeh, pala, kayu manis, ketumbar, jinten, untuk dijadikan olahan masakan seperti kari, gulai, opor, sup, sambal, dan berbagai olahan daging serta seafood. Penggunaan kapulaga tersebut dapat berfungsi sebagai penghilang bau anyir, amis daging, mengharumkan dan menambah cita rasa sehingga mampu menaikkan nafsu makan. Kapulaga juga dapat ditambahkan ke dalam minuman kopi, teh, campuran manisan, gula-gula, dan cokelat yang berfungsi sebagai penyegar minuman tersebut.


Baca juga : Mengenal Daging Analog, Daging yang Bukan Berasal dari Ternak


Buah dari kapulaga sering digunakan sebagai obat-obatan tradisional, seperti penyakit osteoporosis, kejang perut, rematik, demam, batuk, sesak napas, menghilangkan bau badan, bau mulut, dan amandel. Daun dan batang dari kapulaga juga bermanfaat untuk mengurangi penimbunan gas di dalam usus, menyembuhkan kolik, dan mengatasi lemak badan dengan cara merebusnya. Rebusan dari kapulaga juga sering digunakan untuk penghangat bagi orang yang kedinginan.

Terdapat dua cara mengelola kapulaga agar mendapatkan khasiatnya sebagai obat tradisional, yaitu sebagai pengobatan luar dan dalam. Dalam pengobatan luar, cukup rebus atau menghaluskan semua bagian kapulaga kemudian air rebusan atau adonan yang telah dihaluskan ditempelkan pada bagian yang sakit. Sementara untuk pengobatan dalam, cukup haluskan biji kapulaga dengan ditumbuk lalu direbus kemudian airnya disaring dan diminum. Penting dalam menjaga kesegaran ketika menggunakan kapulaga sebagai obat-obatan tradisional sehingga buah kapulaga dianjurkan tidak dikupas sebelum dipakai.  Buah kapulaga diambil sebanyak satu sendok makan kemudian dihaluskan sampai terlepas dari kulit buahnya. Biji yang telah terlepas kemudian diayak agar memisahkan kulitnya dan ditumbuk lagi agar lebih halus atau setengah kasar sesuai kebutuhan untuk digunakan.