Cabai
telah dikenal sebagai salah satu sayuran dan rempah dapur yang selalu menjadi
pilihan ibu-ibu di dapur pada setiap olahan masakannya, terutama bagi
masyarakat Asia yang dikenal sebagai penyuka makanan pedas. Ini dapat dilihat
dari berbagai jenis kuliner yang bumbunya menggunakan cabai. Di Indonesia
sendiri, masyarakat Sumatera khususnya Padang dan Batak terkenal dengan
masakannya yang pedas yang menggunakan cabai sebagai bahan bakunya.
Cabai
yang termasuk ke dalam genus Solanaceae
memang dikenal memiliki rasa pedas. Akan tetapi, ada sebagian kecil cabai yang
tidak memiliki rasa pedas. Rasa pedas yang muncul setelah mengonsumsi cabai
seringkali dijadikan sebagai kambing hitam dalam penyebab sakit perut. Padahal,
cabai tidaklah penyebab dalam sakit perut. Dari berbagai literature studi
menjelaskan bahwa cabai dapat mengatasi sakit perut, termasuk diare yang selalu
dikaitkan sebagai biang keroknya. Fakta ini sangat sedikit diketahui oleh
masyarakat. Namun, perlu diingat tidak boleh mengonsumsi cabai terlalu banyak
karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Ternyata,
kebiasaan dalam mengonsumsi cabai berkolerasi dengan kesehatan. Berbagai studi
mengatakan terdapat hubungan positif antara konsumsi cabai dengan peningaktan
kualitas kesehatan bagi masyarakat yang gemar mengonsumsi cabai. Hal ini
dikarenakan adanya komponen aktif dalam cabai yang berperan penting yang memiliki
efek positif bagi kesehatan. Ketika mengonsumsi cabai secara rutin maka darah
akan lebih encer dan kerak lemak yang terdapat pada pembuluh darah tidak akan
terbentuk. Akibatnya, peredaran darah menjadi lebih lancar. Selain itu, mengonsumsi
cabai secara rutin dapat memperkecil terjadinya penggumpalan darah.
Cabai
memiliki warna yang beragam tergantung dari jenisnya karena adanya kandungan
likopen. Likopen bertanggung jawab terhadap warna dari cabai. Warna-warni yang
terdapat pada cabai berperan sebagai antioksidan. Sementara itu, rasa pedas pada cabai
dipengaruhi oleh capsaicin. Capsaicin merupakan komponen utama pada cabai.
Kandungan capsaicin ini lebih banyak pada cabai kering dibandingkan dengan
cabai segar. Selain itu, cabai juga diketahui terdiri dari solanine, solamide,
solamargine, solasodine, dan solasomine.
Capsaicin
pada cabai terdapat pada urat putih cabai, yaitu tempat dari melekatnya biji. Capsaicin
memiliki manfaat yang sangat banyak bagi tubuh. Capsaicin ini mampu mencegah
terjadinya peradangan sehingga dapat menguatkan jaringan tubuh dari serangan
penyebab infeksi. Capsaicin memiliki sifat sebagai antikoagulan. Capsaicin
inilah yang bertanggung jawab dalam melindungi darah agar tetap encer sehingga
dapat menghalangi terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Capsaicin juga
mampu sebagai pereda ketika sakit kepala menyerang. Rasa pedas dari capsaicin
mampu menjadi penghambat dalam aktivitas otak mengirim sinyal rasa sakit ke
pusat sistem syaraf. Terganggunya pengiriman sinyal akan meredakan rasa sakit.
Saat bersamaan juga, capsaicin ini mampu mengencerkan lendir yang terdapat pada
saluran tenggorokan dan hidung, termasuk sinusitis.
Ketika
mengonsumsi makanan pedas, seperti sambal maka biasanya nafsu makan akan
meningkat. Mengapa ini dapat terjadi ? Ini dapat terjadi karena adanya komponen
capsaicin yang terkandung pada cabai memiliki sifat stomatis, yaitu mampu
meningkatkan selera makan. Gemar memakan sambal juga baik bagi kesehatan karena
mampu memperkecil menderita penyumbatan pembuluh darah (asteresklerosis) yang dapat mencegah terjadinya stroke, serangan
jantung coroner, dan impotensi. Namun, perlu diingat tidak boleh mengonsumsi
cabai terlalu banyak karena dapat meningkatkan produksi asam lambung secara
berlebihan yang disebabkan kadar capsaicin yang meningkat.
Selain
hal bermanfaat seperti di atas, cabai juga sebagai sumber nutrisi yang sangat
bermanfaat karena mengandung vitamin A, B6, C, E, K, asam folat, dan
kalsium. Vitamin C berserta vitamin lainnya dan komponen zat gizi mikro,
seperti vitamin B6, E, B12, asam folat, selenium, seng,
tembaga, dan zat besi mampu meningkatkan respon imum sehingga kekebalan tubuh
dapat meningkat. Vitamin C serta komponen mikro lainnya juga dapat memperbaiki
kerusakan yang diakibatkan radikal bebas pada sel dan memperbaiki sel imum.
Penelitian
yang dilakukan secara in vitro pada
cabe merah menjelaskan bahwa kandungan ekstrak methanol yang terkandung memiliki
pengaruh terhadap aktivitas antivirus jenis herpes simplex 1 dan 2. Ekstrak methanol
pada penelitian tersebut juga disarankan dapat difungsikan sebagai kombinasi
dengan obat standar, seperti asiklovir dalam pengobatan infeksi herpes.
Dalam penulisan ini, katheoin menyadari adanya kekurangan dalam artikel ini sehingga diharapkan masukkan, kritik, saran, dan komentar dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan penulisan ke depannya.
5 Komentar
Kebetulan saya suka cabe, klo makan tanpa cabe rasanya kaya ada yg kurang , 😅
BalasHapusSama saya juga hehe
HapusTerimakasih infonya, sangat bermanfaat sekali :)
BalasHapusSemoga bermanfaat ilmunya.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus